Saya
suka cerita ini sejak saya masih kelas 3 SMP. Cerita ini pertama kali
saya temukan dalam buku berjudul Burung Berkicau karya Anthony de
Mello, SJ. Menurut banyak orang, beliau adalah seorang filsuf atau sufi
yang kebetulan mungkin beragama Katholik. Anda bisa membaca banyak
kisah-kisah menarik seputar seseorang bernama Nasrudin dari buku ini.
Agama seharusnya tidak memisahkan kita semua kalau Anda percaya bahwa
Tuhan masih mencintai manusia dan jika Anda cinta negeri Indonesia ini.
Saya rasa di surga pun tidak ada agama. Mari saya mulai saja kisahnya
sambil menemani Anda menyeruput secangkir kopi barangkali.
Suatu hari seorang anak kecil menemukan
sebutir telur burung rajawali dalam perjalanannya pulang dari
berladang. Karena bentuknya yang besar dan aneh, telur ini diberikan
kepada ayahnya. Atas saran sang ayah, telur tersebut dierami oleh induk
ayam yang kebetulan memang sedang mengerami telur. Hari lepas hari
telur-telur yang dierami tersebut mulai menetas, termasuk juga telur
burung rajawali ini. Anak rajawali ini terlahir dan diasuh oleh induk
ayam. Otomatis dia belajar hidup sama seperti ayam. Manusia juga akan
begitu. Jika Anda diadopsi orang bule otomatis dari kecil Anda akan
belajar budaya di sana seperti makan roti keju tanpa kenal nasi. Begitu
juga dengan anak rajawali ini. Mengais-ngais sampah, mematuk-matuk batu
sambil mencari cacing, itulah kegiatannya sehari-hari.
Waktu
berlalu, hari berganti. Sekarang mereka sudah menginjak usia remaja.
Tubuhnya bertambah besar dan tampak berbeda dengan saudara-saudaranya
yang lain yang memang adalah anak ayam. Suatu ketika, saat mereka
berkumpul dan bermain di padang rumput, anak rajawali ini melihat ke
atas langit. Tampak sosok-sosok hitam besar beterbangan gagah sekali.
Hatinya bergejolak, pikirannya tertantang. Dia merasa bahwa dirinya bisa
seperti burung-burung yang sedang mengangkasa di langit. Dikepak-kepak
sayapnya seolah-olah ingin terbang. Lalu dirinya menghampiri salah
seorang saudaranya.
Katanya, "Hei... coba lihat ke atas langit!" Saudaranya menatap ke langit.
"Coba kita perhatikan, bukankah enak seperti mereka? Bisa terbang kita. Aku ingin seperti mereka."
Saudaranya terdiam dan berkata, "Tapi tidaklah mungkin Saudaraku. Kita ini anak ayam, sedangkan mereka burung rajawali."
"Tapi aku yakin kita bisa," seru anak rajawali dengan penuh semangat!
"Huhhhh..." teriak saudara-saudaranya yang lain dengan serentak.
"Begini
saja, coba kita tanyakan kepada Ibu. Semoga Ibu bisa memberikan
jawaban buat kita," saran seekor anak ayam agar tidak terjadi
perkelahian.
Sebagi junior yang bijak, akhirnya mereka sepakat menemui ibu mereka yang adalah induk ayam.
"Ibu,
kata kakak kita ini, diri kita ini bisa terbang. Dan dia bilang
dirinya bisa terbang seperti burung-burung rajawali di atas langit
sana. Benarkah Ibu kita bisa terbang?"
Sang ibu terdiam cukup
lama. Dibutuhkan jawaban bijaksana agar tidak mengecewakan
anak-anaknya, namun juga harus logis. Akhirnya induk ayam ini berkata,
"Anak-anakku..
mempunyai impian itu tidaklah salah. Semua orang dari antara kita
harus punya impian. Namun kita juga harus melihat kenyataan. Pada waktu
ibu masih muda seperti kalian, juga pernah berpikir demikian. Kita
punya sayap sama seperti mereka, jadi kita juga bisa terbang seperti
mereka. Namun waktu membuktikan bahwa kita tidak bisa terbang seperti
mereka. Kita paling juga terbang di atas pohon-pohon yang rendah dan
akan kembali mendarat di tanah."
"Tapi Ibu… aku yakin aku bisa Ibu," sanggah si anak burung rajawali.
"Jangan mimpilah kau Saudaraku," teriak anak ayam lainnya.
"Benar, jangan mimpi! Dengarkan saja apa kata Ibu. Ibu lebih pengalaman," sahut anak ayam lainnya.
"Tapi..."
"Anakku, kemarilah…" pinta induk ayam kepada anak burung rajawali.
Sambil
memeluk dirinya, sang Ibu berkata, "Benar anakku. Apa yang dikatakan
saudara-saudaramu tadi. Kita ini terlahir sebagai anak ayam. Kita tidak
bisa terbang seperti mereka. Apa yang kamu alami dan gumuli, waktu
muda juga ibu alami."
Anak rajawali ini terdiam dan bersedih.
Sejak saat itu tidak ada lagi keinginannya untuk terbang. Dan sampai
akhir hidupnya dia mati sebagai seekor ayam.
Praakkkkk…! Sobat,
apa yang Anda dapatkan dari cerita tersebut? Dari cerita ini ingin
menunjukkan kepada kita bahwa ketidaktahuan akan berakibat buruk atau
bernasib sama seperti lainnya. Mengikuti arus itu bisa sangat berbahaya
jika kita tidak kritis! Itulah gunanya rajin belajar, sekolah, bergaul
yang luas, menjadi pintar dan melancong ke luar negeri. Kita mestinya
harus mencoba apa yang menurut kita bisa. Jika belum kita coba lalu
sudah mengatakan tidak mungkin, tak ada bedanya dengan anak burung
rajawali ini. Tragis sekali.
Jumat, 21 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog Archive
-
▼
2011
(283)
-
▼
Oktober
(48)
- Bekerja Sepenuh Hati
- Belajar Berkata "Cukup"
- Seberapa sering anda jatuh
- Berhenti mengeluh
- Jawaban Tuhan
- Perbedaan Persepsi
- Pasangan dari Tuhan
- Kelinci Sakti (Motivasi)
- [Motivasi] Kisah seekor monyet
- Jangan Pernah Menyerah
- Kereta Api Supercepat di Masa Depan
- Raja Sabar yang Cerdik
- Sedekah yang Paling Baik
- Sumpah Pemuda dan Pemuda Masa Kini
- Manfaat Coklat bagi Kesehatan
- Manfaat Minum Susu Untuk Menurunkan Resiko Kanker ...
- Sejarah, Kisah dan Tradisi Valentine
- Rumah Unik
- 7 Prinsip Membangun Bisnis Dari Usia Muda
- 4 TIPE KEPRIBADIAN MANUSIA
- Rajawali Yang Mati Sebagai Seekor Ayam
- Pak Tua Yang Rajin Berdoa
- Empat Tipe Manusia
- Kekuatan Uang
- 4 Buah Sehat Untuk Orang Diet dan Penderita Diabetes
- 4 Cara Diet Menurunkan Berat Badan Yang Sehat dan ...
- 5 Makanan yang Membahayakan Kesehatan Tulang
- 6 Manfaat Tanaman Rempah-rempah Jahe Untuk Tubuh
- 6 Minuman Menyehatkan Tubuh Untuk Teman Santai Anda
- 9 Tempat Misterius Di Dunia
- 10 Cara Agar Anak Dapat Nilai A++
- 7 Khasiat Sinar Matahari Pagi Bagi Kesehatan Tubuh...
- 6 Langkah Cepat Menghilangkan Rasa Pesimis Dalam Diri
- 10 Tips Sukses Meningkatkan Penjualan Via Internet
- Trik Mudah Menyiasati Otak yang Kelelahan
- 6 Situs Jejaring Sosial Yang Rawan Sasaran Hacker
- 4 Faktor Penyebab Perut Menjadi Buncit
- Teknik Merawat Mata Agar Lebih Sehat dan Awas
- 4 Cara Mudah Membuat Pasangan Makin Sayang dengan ...
- Sejarah Asal Usul Kemunculan Blog
- 10 Kota Paling Romantis
- Nilai Sebuah Senyuman
- Raja yang jujur atau bodoh
- Penyakit Berdasarkan Perilaku Manusia
- Cerita Dengan Huruf T
- Rajin VS Cerdas
- 13 Hukum Kehidupan Untuk Kesuksesan Anda
- Tips Agar Mulut Wangi dan Tidak Berbau
-
▼
Oktober
(48)
Labels
My Stats
Diberdayakan oleh Blogger.
Entri Populer
-
Kompas.com - Tak dipungkiri pentingnya tidur untuk kesehatan. Namun ternyata tidur bukan perkara memejamkan mata saja. Salah memilih posi...
-
Banyak istilah - istilah baru yang digunakan di Media Jejaring sosial... Setidaknya kita harus mengikuti perkembangannya, biar kita tahu dan...
-
Darimana sebenarnya asal-usul ketupat? siapa pertama kali yang menemukan dan mempopulerkan ketupat? Seperti tradisi-tradisi lain di indones...
-
Pernikahan/Perkawinan adalah perpaduan dua hati menuju puncak kehidupan manusia. Serta langkah baru menyatupadukan dua sisi kepribadian sifa...
About Me
- Cantik itu indah
- Saya Reri Kumala Sari, lahir 05 Mei 1990. ingett ya tanggal ultahnya ^_^ cita-cita saya sebenernya sering bgt berubah2, dri pengen jadi artis, jadi guru,jadi dokter dsb. lucu ya anak muda banyak mau nya :) tapi sekarang, yg Alhamdulillah konsisten selalu saya kerjakan sejak bulan Februari 2011 lalu, saya menjadi seorang pebisnis Oriflame d'BC Network, dimana saya kerja bisa langsung online dari rumah. Yuk yg mau ikutan kerja online silahkan inbox. add Facebook saya Reri Kumala Sari.
2 komentar:
Mengubah pola pikir untuk maju memang sulit. Cerita2 seperti ini barangkali dapat dijadikan sebagai media ke arah itu.
Cerita yang menarik, mksh
trimkasih sdh baca dan mengunjungi blog saya. :) Semoga kita tidak menjadi Rajawali yg mati sebagai seekor ayam.
Posting Komentar