Ada seorang bapak tua yang rajin
berdoa dan beribadah. Hampir boleh dikatakan tiada hari tanpa berdoa
entah itu pagi, siang bahkan malam. Dirinya mengaminin dan percaya
bahwa dengan rajin berdoa dan banyak beribadah maka hidupnya akan sukses
dan penuh berkah. Bukankah selama ini kita diajarkan bahwa orang yang
rajin sembahyang hidupnya akan selalu lancar dan aman-aman saja? Tetapi
nyatanya malah penjahat berkeluyuran di mana-mana, umurnya panjang lagi
dan tidak bisa mati-mati, sementara orang baik cepat mati, bahkan
dengan mudah ditembak mati atau kena bom. Tuhan ada di mana ya?
Orang tidak bisa kaya hanya karena berdoa dan beribadah! Seperti yang banyak diajarkan oleh pendeta, guru agama, ustadz, biksu, padri, dan sebagainya. Sebuah ajaran yang bagi saya tidak masuk akal dan merupakan pembodohan otak dari turun temurun. Tak heran negara-negara maju dan berteknologi tinggi menguasai kita. Pemodal besar mencaplok bisnis kita orang kecil. Sumber kekayaan alam negara kita diraup oleh negara-negara maju. Apa Tuhan tidak cukup mendengar kita orang Indonesia yang sering berdoa? Apa orang Indonesia tidak cukup beragama dan berdoa? Hari Jumat umat muslim berdoa, hari Sabtu umat Katolik, Minggu umat kristiani berdoa, umat Budha hari Rabu, Senin umat Kong Hu Cu, Selasa umat Hindu, Kamis penganut mistik, dst… Jika dirolling sedemikian rupa, per hari, per jam, per detik, di Indonesia ada yang berdoa dan tiada putus. Tapi apa hasilnya? Nothing! Dibandingkan Malaysia saja kita kalah jauh! Sebentar lagi mungkin Vietnam akan melebihi kita. Urus sepakbola saja kita amburadul!
Rakyat makin miskin, teroris membunuh orang tak berdosa dan mengacau di mana-mana, perampokan dan penembakan di setiap kota, investor asing tidak masuk, pabrik tutup, karyawan di PHK, sumber penyakit menjalar di mana-mana, bencana alam di mana-mana, pejabat korup, rekening gendut polisi, pegawai pajak nilep pajak, koruptor tak tersentuh, kejahatan perbankan mulai dari BLBI jilid I, jilid II, kasus bank Century, Malinda Dee Citibank, semuanya datang silih berganti seperti sinetron Cinta Fitri yang tidak pernah akan berakhir, dsb..dsb. Di manakah Tuhan? Atau jangan-jangan kita tidak berdoa melainkan hanya berlutut, gerak tangan ke kanan ke kiri, ke atas ke bawah, seperti senam saja? Atau jangan-jangan kita salah berdoa? Atau jangan-jangan memang Tuhan itu tidak ada? Hei kau pendeta, ustadz, biksu, rabbi, padri! Apa kerjamu? Mana Allah dan Tuhanmu? Apa hidup soal masuk surga saja? Kalau begitu jika sakit tidak usah berobat saja, toh mati masuk surga. Enak sekali bukan? Makin kacau negara ini membuat orang-orang yang berpikiran logis dan cinta Indonesia semakin panas. Jika tidak direvolusi maka negara ini mungkin akan hancur tidak karuan. Malah lebih enak sepertinya hidup dan diperintah oleh Soeharto meski bertangan besi namun rakyat aman, makanan murah, cari kerja gampang, bisnis lancar, dsb.
Suatu hari desa tempat tinggal pak tua ini mulai kebanjiran. Penduduk setempat dan tetangga mulai berkemas. Tetapi tidak dengan dirinya. Dia percaya bahwa hujan akan segera berhenti. Namun apa boleh dikata, hujan semakin deras dan banjir semakin meninggi. Tetangga meminta pak tua ini untuk segera berkemas dan pindah. Takutnya banjir semakin parah. Tetapi pak tua ini menjawab dengan enteng,
"Tenang, Tuhan tidak akan membiarkan orang beriman mati konyol."
Satu jam berlalu. Semua tetangga dan penduduk desa sudah mengungsi. Pak tua ini tampak berdiri bergelayut di kisi-kisi jendela rumah. Datang regu penolong dengan menggunakan perahu karet. "Ayo Pak, kami akan menjemput Anda. Sudah tidak ada harapan lagi," teriak regu penolong.
"Oh.. terima kasih. Silakan tolong lainnya. Saya percaya bahwa Tuhan akan menolong saya. Sebentar lagi hujan akan berhenti karena saya sudah berdoa."
Perahu karet dan regu penolong pun pergi menolong lainnya yang masih terjebak banjir. Satu jam pun berlalu. Banjir semakin hebat. Kali ini sudah merendam seisi rumah. Tampak pak tua ini di atas genteng rumah. Tak lama kemudian datang lagi regu penolong lainnya menggunakan kapal motor. Karena banjir sudah sedemikian parah jadi tidak bisa lagi menggunakan perahu karet.
“Pak, kenapa Anda tidak mengungsi? Ayo buruan. Ikut kami! Banjir sudah parah, kami adalah regu terakhir," teriak seorang petugas menggunakan pengeras suara.
"Terima kasih. Tolonglah yang lain. Saya yakin tak lama lagi hujan akan berhenti dan keadaan akan kembali normal."
"Pak, jangan konyol. Langit masih gelap. Hujan akan semakin deras dan banjir akan meninggi. Buruan Pak, ikut kami."
"Tidak! Saya orang beriman dan sudah berdoa. Saya percaya Tuhan akan menolong saya."
Kapal motor pun pergi meninggalkan pak tua ini. Dua jam berlalu, banjir merendam semua rumah di desa. Tampak pak tua ini nangkring di atas tiang listrik di atap rumah. Terdengar bunyi helikopter di udara.
"Perhatian... perhatian. Kepada orang yang ada di bawah. Segera raih tali yang akan kali ulurkan dan kami akan membawa Anda untuk mengungsi," suara dari arah helikopter.
"Banjir sudah sedemikian parah. Kapal motor sudah tidak memungkinkan lagi. Tolong raih tali yang akan kami ulurkan kepada Anda."
"Oh.. terima kasih!" teriak pak tua tak kalah kencangnya. "Silakan tolong yang lainnya. Saya sudah berdoa dan Tuhan pasti akan menolong saya."
"Hei.. Pak! Jangan bodoh. Kami juga orang beriman. Situasi semakin buruk. Jangan membuang-buang waktu. Jika terjadi apa-apa jangan salahkan kami," pekik seseorang dari atas helikopter.
“Tenang, tidak akan terjadi apa-apa. Tuhan beserta saya." Helikopter pun terbang pergi dan tinggallah pak tua ini sendirian. Malam pun datang. Ketika fajar menyingsing, pak tua ini membuka mata dan merasa aneh dengan sekelilingnya. Dirinya bertanya kepada orang yang berdiri di sebelah dia, "Di manakah kita?"
"Anda sudah meninggal Pak Tua," jawab orang tersebut yang tak lain adalah malaikat.
"Lho, Anda ini bagaimana? Kenapa Tuhan tidak menolong saya? Saya begitu setia berdoa dan beribadah?" protes si pak tua.
"Dengar Pak Tua! Tuhan sudah mengirimimu perahu karet, kapal motor bahkan helikopter. Sebenarnya apa sih yang Anda harapkan?"
Praakkkk! Apa yang Anda tangkap dari kisah tersebut? Banyak orang seperti pak tua ini. Bahkan mungkin maaf tanpa mengecilkan pengorbanan Mbah Maridjan, bagi saya Mbah Maridjan seperti pak tua dalam kisah ini. Apa dirinya tidak merasa bahwa jika dirinya tidak mengungsi maka akan ada banyak korban berjatuhan? Karena dia adalah panutan banyak orang dan dianggap sakti. Mana ada yang sakti melawan gunung meletus bahkan badai tsunami? Itu konyol sekali! Coba andaikata Mbah Maridjan rela mengungsi dari awal, bukankah yang lainnya akan ikut mengungsi dan kita tidak perlu lagi melihat korban jiwa mati sia-sia? Bukankah sekarang kita masih bisa menatap dan bercanda serta melihat almarhum di televisi, dsb? Ayolah Kawan, bagikanlah akal sehat dan naluri logis kepada rekan-rekan di daerahmu untuk bangsa Indonesia ini. Jika tahayul, ajaran miring yang tidak logis semakin berkembang seperti bunuh orang masuk surga, ngebom orang dapat hadiah bidadari, ada kesaktian bisa menolak tsunami, gunung meletus bahkan mungkin dijatuhi bom nuklir tidak mempan, percayalah semua akan jadi korban dan negara kita akan semakin hancur. Anak-anak cucu kita dan bangsa kita akan saling bunuh membunuh. Tertawalah si Malingsia atau Malaysial itu!
Ada begitu banyak peluang dan pekerjaan di muka bumi ini. Tetapi kita masih meminta yang lain kepada Tuhan. Seperti yang pernah saya katakan, Anda cari kerja atau cari uang? Kalau cari kerja banyak. Besok bangun pagi sudah banyak pekerjaan yakni sebagai penjemur pakaian, pemulung atau bahkan penyapu halaman rumah orang. Anda mau? Tidak bukan? Lalu maunya Anda itu apa? Cari kerja diberikan kerja malah milih-milih. Saran saya jangan cari pekerjaan tetapi carilah uang. Anda ingin mencari kerja yang mendapatkan banyak uang? Pertanyaan adalah apakah Anda memiliki kemampuan seperti itu untuk menjadi staf di salah satu perusahaan multinasional di bilangan Sudirman Jakarta? Anda bisa cas cis cus bahasa Inggris? Bisa Internet dan komputer? Kalau tidak ya jangan bermimpi Bro dan Sis! Jika tidak punya kaca untuk bercermin saya anjurkan berkaca dari air di dalam guci. Terlalu sakit nanti kenyataan yang Anda dapati. Jangan bermimpi duduk di tempat yang tinggi karena semakin tinggi semakin sakit jika jatuh. Bisa gila! Yang cewek bisa jual diri jadi pelacur, yang cowok bisa ngerampok dan akhirnya tewas dibedil aparat polisi. Tragis sekali bukan? Kalau mau rampok sebaiknya seperti pelaku bank Century, Gayus Tambunan atau Malinda Dee. Enak kan? Paling dihukum 3 tahun setelah itu hidup dengan uang milyaran rupiah. Saya juga mau. Bila perlu kamar penjara kita sulap seperti kamar hotel bintang 10 seperti kasus Ayin, atau bila kangen kita masih bisa sogok polisi keluyuran ke luar negeri main judi di kasino Macau atau nonton pertandingan tenis di Bali seperti Gayus Tambunan. Sudah saya bilang bahwa uang itu sangat berkuasa, coba simak kembali kata saya mengenai Kekuatan Uang. Baca lagi tulisan itu berulang-ulang!
Orang tidak bisa kaya hanya karena berdoa dan beribadah! Seperti yang banyak diajarkan oleh pendeta, guru agama, ustadz, biksu, padri, dan sebagainya. Sebuah ajaran yang bagi saya tidak masuk akal dan merupakan pembodohan otak dari turun temurun. Tak heran negara-negara maju dan berteknologi tinggi menguasai kita. Pemodal besar mencaplok bisnis kita orang kecil. Sumber kekayaan alam negara kita diraup oleh negara-negara maju. Apa Tuhan tidak cukup mendengar kita orang Indonesia yang sering berdoa? Apa orang Indonesia tidak cukup beragama dan berdoa? Hari Jumat umat muslim berdoa, hari Sabtu umat Katolik, Minggu umat kristiani berdoa, umat Budha hari Rabu, Senin umat Kong Hu Cu, Selasa umat Hindu, Kamis penganut mistik, dst… Jika dirolling sedemikian rupa, per hari, per jam, per detik, di Indonesia ada yang berdoa dan tiada putus. Tapi apa hasilnya? Nothing! Dibandingkan Malaysia saja kita kalah jauh! Sebentar lagi mungkin Vietnam akan melebihi kita. Urus sepakbola saja kita amburadul!
Rakyat makin miskin, teroris membunuh orang tak berdosa dan mengacau di mana-mana, perampokan dan penembakan di setiap kota, investor asing tidak masuk, pabrik tutup, karyawan di PHK, sumber penyakit menjalar di mana-mana, bencana alam di mana-mana, pejabat korup, rekening gendut polisi, pegawai pajak nilep pajak, koruptor tak tersentuh, kejahatan perbankan mulai dari BLBI jilid I, jilid II, kasus bank Century, Malinda Dee Citibank, semuanya datang silih berganti seperti sinetron Cinta Fitri yang tidak pernah akan berakhir, dsb..dsb. Di manakah Tuhan? Atau jangan-jangan kita tidak berdoa melainkan hanya berlutut, gerak tangan ke kanan ke kiri, ke atas ke bawah, seperti senam saja? Atau jangan-jangan kita salah berdoa? Atau jangan-jangan memang Tuhan itu tidak ada? Hei kau pendeta, ustadz, biksu, rabbi, padri! Apa kerjamu? Mana Allah dan Tuhanmu? Apa hidup soal masuk surga saja? Kalau begitu jika sakit tidak usah berobat saja, toh mati masuk surga. Enak sekali bukan? Makin kacau negara ini membuat orang-orang yang berpikiran logis dan cinta Indonesia semakin panas. Jika tidak direvolusi maka negara ini mungkin akan hancur tidak karuan. Malah lebih enak sepertinya hidup dan diperintah oleh Soeharto meski bertangan besi namun rakyat aman, makanan murah, cari kerja gampang, bisnis lancar, dsb.
Suatu hari desa tempat tinggal pak tua ini mulai kebanjiran. Penduduk setempat dan tetangga mulai berkemas. Tetapi tidak dengan dirinya. Dia percaya bahwa hujan akan segera berhenti. Namun apa boleh dikata, hujan semakin deras dan banjir semakin meninggi. Tetangga meminta pak tua ini untuk segera berkemas dan pindah. Takutnya banjir semakin parah. Tetapi pak tua ini menjawab dengan enteng,
"Tenang, Tuhan tidak akan membiarkan orang beriman mati konyol."
Satu jam berlalu. Semua tetangga dan penduduk desa sudah mengungsi. Pak tua ini tampak berdiri bergelayut di kisi-kisi jendela rumah. Datang regu penolong dengan menggunakan perahu karet. "Ayo Pak, kami akan menjemput Anda. Sudah tidak ada harapan lagi," teriak regu penolong.
"Oh.. terima kasih. Silakan tolong lainnya. Saya percaya bahwa Tuhan akan menolong saya. Sebentar lagi hujan akan berhenti karena saya sudah berdoa."
Perahu karet dan regu penolong pun pergi menolong lainnya yang masih terjebak banjir. Satu jam pun berlalu. Banjir semakin hebat. Kali ini sudah merendam seisi rumah. Tampak pak tua ini di atas genteng rumah. Tak lama kemudian datang lagi regu penolong lainnya menggunakan kapal motor. Karena banjir sudah sedemikian parah jadi tidak bisa lagi menggunakan perahu karet.
“Pak, kenapa Anda tidak mengungsi? Ayo buruan. Ikut kami! Banjir sudah parah, kami adalah regu terakhir," teriak seorang petugas menggunakan pengeras suara.
"Terima kasih. Tolonglah yang lain. Saya yakin tak lama lagi hujan akan berhenti dan keadaan akan kembali normal."
"Pak, jangan konyol. Langit masih gelap. Hujan akan semakin deras dan banjir akan meninggi. Buruan Pak, ikut kami."
"Tidak! Saya orang beriman dan sudah berdoa. Saya percaya Tuhan akan menolong saya."
Kapal motor pun pergi meninggalkan pak tua ini. Dua jam berlalu, banjir merendam semua rumah di desa. Tampak pak tua ini nangkring di atas tiang listrik di atap rumah. Terdengar bunyi helikopter di udara.
"Perhatian... perhatian. Kepada orang yang ada di bawah. Segera raih tali yang akan kali ulurkan dan kami akan membawa Anda untuk mengungsi," suara dari arah helikopter.
"Banjir sudah sedemikian parah. Kapal motor sudah tidak memungkinkan lagi. Tolong raih tali yang akan kami ulurkan kepada Anda."
"Oh.. terima kasih!" teriak pak tua tak kalah kencangnya. "Silakan tolong yang lainnya. Saya sudah berdoa dan Tuhan pasti akan menolong saya."
"Hei.. Pak! Jangan bodoh. Kami juga orang beriman. Situasi semakin buruk. Jangan membuang-buang waktu. Jika terjadi apa-apa jangan salahkan kami," pekik seseorang dari atas helikopter.
“Tenang, tidak akan terjadi apa-apa. Tuhan beserta saya." Helikopter pun terbang pergi dan tinggallah pak tua ini sendirian. Malam pun datang. Ketika fajar menyingsing, pak tua ini membuka mata dan merasa aneh dengan sekelilingnya. Dirinya bertanya kepada orang yang berdiri di sebelah dia, "Di manakah kita?"
"Anda sudah meninggal Pak Tua," jawab orang tersebut yang tak lain adalah malaikat.
"Lho, Anda ini bagaimana? Kenapa Tuhan tidak menolong saya? Saya begitu setia berdoa dan beribadah?" protes si pak tua.
"Dengar Pak Tua! Tuhan sudah mengirimimu perahu karet, kapal motor bahkan helikopter. Sebenarnya apa sih yang Anda harapkan?"
Praakkkk! Apa yang Anda tangkap dari kisah tersebut? Banyak orang seperti pak tua ini. Bahkan mungkin maaf tanpa mengecilkan pengorbanan Mbah Maridjan, bagi saya Mbah Maridjan seperti pak tua dalam kisah ini. Apa dirinya tidak merasa bahwa jika dirinya tidak mengungsi maka akan ada banyak korban berjatuhan? Karena dia adalah panutan banyak orang dan dianggap sakti. Mana ada yang sakti melawan gunung meletus bahkan badai tsunami? Itu konyol sekali! Coba andaikata Mbah Maridjan rela mengungsi dari awal, bukankah yang lainnya akan ikut mengungsi dan kita tidak perlu lagi melihat korban jiwa mati sia-sia? Bukankah sekarang kita masih bisa menatap dan bercanda serta melihat almarhum di televisi, dsb? Ayolah Kawan, bagikanlah akal sehat dan naluri logis kepada rekan-rekan di daerahmu untuk bangsa Indonesia ini. Jika tahayul, ajaran miring yang tidak logis semakin berkembang seperti bunuh orang masuk surga, ngebom orang dapat hadiah bidadari, ada kesaktian bisa menolak tsunami, gunung meletus bahkan mungkin dijatuhi bom nuklir tidak mempan, percayalah semua akan jadi korban dan negara kita akan semakin hancur. Anak-anak cucu kita dan bangsa kita akan saling bunuh membunuh. Tertawalah si Malingsia atau Malaysial itu!
Ada begitu banyak peluang dan pekerjaan di muka bumi ini. Tetapi kita masih meminta yang lain kepada Tuhan. Seperti yang pernah saya katakan, Anda cari kerja atau cari uang? Kalau cari kerja banyak. Besok bangun pagi sudah banyak pekerjaan yakni sebagai penjemur pakaian, pemulung atau bahkan penyapu halaman rumah orang. Anda mau? Tidak bukan? Lalu maunya Anda itu apa? Cari kerja diberikan kerja malah milih-milih. Saran saya jangan cari pekerjaan tetapi carilah uang. Anda ingin mencari kerja yang mendapatkan banyak uang? Pertanyaan adalah apakah Anda memiliki kemampuan seperti itu untuk menjadi staf di salah satu perusahaan multinasional di bilangan Sudirman Jakarta? Anda bisa cas cis cus bahasa Inggris? Bisa Internet dan komputer? Kalau tidak ya jangan bermimpi Bro dan Sis! Jika tidak punya kaca untuk bercermin saya anjurkan berkaca dari air di dalam guci. Terlalu sakit nanti kenyataan yang Anda dapati. Jangan bermimpi duduk di tempat yang tinggi karena semakin tinggi semakin sakit jika jatuh. Bisa gila! Yang cewek bisa jual diri jadi pelacur, yang cowok bisa ngerampok dan akhirnya tewas dibedil aparat polisi. Tragis sekali bukan? Kalau mau rampok sebaiknya seperti pelaku bank Century, Gayus Tambunan atau Malinda Dee. Enak kan? Paling dihukum 3 tahun setelah itu hidup dengan uang milyaran rupiah. Saya juga mau. Bila perlu kamar penjara kita sulap seperti kamar hotel bintang 10 seperti kasus Ayin, atau bila kangen kita masih bisa sogok polisi keluyuran ke luar negeri main judi di kasino Macau atau nonton pertandingan tenis di Bali seperti Gayus Tambunan. Sudah saya bilang bahwa uang itu sangat berkuasa, coba simak kembali kata saya mengenai Kekuatan Uang. Baca lagi tulisan itu berulang-ulang!
0 komentar:
Posting Komentar