Di beberapa bagian dunia, ada
masyarakat yang menyebut kesedihan sebagai akibat dari perbuatan buruk
sebelumnya atau di masa lalu. Ada masyarakat lain yang menyimpulkannya sebagai
hukuman. Sehingga kesedihan muncul dengan wajah yang menakutkan dan menyedihkan.
Dan larilah manusia jauh-jauh
dari sahabat kehidupan yang bernama kesedihan. Semakin jauh manusia lari dari
kesedihan, semakin cepat sahabat kesedihan mengejarnya dari belakang.
Disebut sahabat, karena kesedihan
tidak selamanya seperti musuh yang senantiasa membawa batu, palu dan pisau
untuk menyakiti. Dalam sinar-sinar kejernihan, kesedihan bisa membawa
bunga-bunga kebijaksanaan, kedewasaan, kearifan dan kematangan. Meminjam bahasa
Kahlil Gibran dalam The Prophet, ketika kita bercengkerama dengan kebahagiaan
di kamar tamu, kesedihan sedang menunggu di tempat tidur. Tidak bisa kita lari
terlalu lama dari sahabat serumah. Dan bukankah ini sejenis kedewasaan, !
kearifan dan kematangan yang ditunjukkan wajahnya oleh sinar-sinar kesedihan ?
Dalam bentuknya yang lebih indah
lagi, kesedihan bisa juga menjadi lilin terang yang menerangi beberapa wilayah
gelap yang selama ini tidak terlihat. Kematian orang-orang tercinta, sebagai
contoh, awalnya memang menghadirkan air mata, tetapi belakangan jadi tahu kalau
orang-orang yang sudah tiada memiliki peran-peran yang jauh lebih besar dari
yang pernah terbayangkan. Dimusuhi teman, sebagai contoh lain, membukakan
cakrawala bagi saya, kalau ada orang yang tersinggung kalau penawarannya
ditawar. Sahabat yang tersinggung juga demikian, ia membimbing kita untuk tahu
sumber-sumber ketersinggungan orang lain.
Ada lagi keindahan lebih tinggi yang dihadirkan kesedihan. Hanya dengan
kesedihanlah wajah kebahagiaan muncul lebih indah kemudian. Bahkan, kebahagiaan
yang biasa-biasapun bisa berwajah indah ketika manusia baru saja melewati
kesedihan. Sebutlah nasi putih sama sayur asem saja, ia terasa enak sekali bagi
perut yang baru melewati rasa sedih akibat kelaparan. Sebagai bukti lain,
orang-orang yang pernah bersedih, menikmati kebahagiaannya dengan kualitas rasa
syukur yang jauh lebih baik.
Di puncak dari semua itu, kesedihan membawa manusia pada kualitas kehidupan
tinggi yang bernama kesabaran. Dan dengan kesabaran, bukankah manusia bisa
menyeberangi lautan kehidupan yang paling dahsyat sekalipun ? Gelombang
pasang perceraian, perkelahian di pinggir jalan, peperangan antarsuku dan
antarnegara, perpecahan kepemilikan perusahaan hanyalah sebagian contoh
samudera kehidupan yang bergejolak, namun bisa diseberangi dengan perahu
kesabaran.
Berkaca dari semua ini, tubuh manusia memang manja sekali. Buktinya selalu
menolak datangnya kesedihan. Namun, suara-suara kejernihan bertutur lain,
kesedihan juga ladang-ladang luas keindahan. Kesedihan tidak saja membawa
clurit menakutkan, tetapi juga membimbing ke rangkaian kualitas yang tidak bisa
dilakukan oleh kebahagiaan yang paling tinggi sekalipun.
Buku Deepak Chopra yang berjudul The Deeper Wound, dan di salah satu bagian
covernya berisi tulisan sederhana : true self contains the light that no
darkness can enter.
Diri ini yang sebenarnya berisi sinar yang tidak bisa dikalahkan kegelapan
manapun. Dan kesedihan, sebagaimana proses kontemplasi di atas, adalah salah
satu kekuatan yang bisa membuat sinar tadi mulai bercahaya secara perlahan.
Sudahkah Anda menemukan cahaya
tadi melalui perahu kesedihan ?
0 komentar:
Posting Komentar