Hari
itu, aku melihat seorang anak yang berpakaian lusuh dan cukup kotor
menuju rumah salah seorang temannya. Pakaiannya itu sebenarnya berwarna
putih, tapi menjadi kecoklatan dengan bercak-bercak hitam di beberapa
sisi. Dia menyandang tas samping. Awlnya ku fikir ia tengah mengajak
temannya bermain selepas bermain dengan teman yang sebelumnya. Ternyata
bukan, dia memanggil temannya itu untuk pergi mengaji. Aku langsung
heran dan bertanya kepada salah seorang Ibu yang menurutku tahu tentang
anak itu.
“Ibu, kenapa pakaian anak itu kotor ? Bukankah dia mau pergi mengaji? Kenapa dia tidak mengganti pakaiannya?” Tanyaku.
”Itu memang pakaian mengajinya. Orang tuanya sepertinya tidak mempedulikannya, makanya dia selalu berpenampilan demikian meskipun untuk pergi mengaji sekalipun. Selain karena kurangnya perhatian, dia itu memang berasal dari keluarga kurang mampu.” Jawab sang Ibu tersebut.
”Kasihan sekali kita melihatnya.” Lanjut Ibu itu.
“Ibu, kenapa pakaian anak itu kotor ? Bukankah dia mau pergi mengaji? Kenapa dia tidak mengganti pakaiannya?” Tanyaku.
”Itu memang pakaian mengajinya. Orang tuanya sepertinya tidak mempedulikannya, makanya dia selalu berpenampilan demikian meskipun untuk pergi mengaji sekalipun. Selain karena kurangnya perhatian, dia itu memang berasal dari keluarga kurang mampu.” Jawab sang Ibu tersebut.
”Kasihan sekali kita melihatnya.” Lanjut Ibu itu.
Sedikit
meluangkan waktu dan karena sedikit penasaran, aku bertanya lagi kepada
Ibu itu mengenai anak tersebut. ”Ibu,.. Maaf, apa Ibu dari anak itu
masih ada? Ayahnya? Bagaimana dengan saudaranya yang lain? Kakaknya
apakah ada? Dan rumahnya di mana?
Ibu itu menjawab,”Ibunya masih ada. Ayahnya sudah tidak tinggal bersamanya karena kedua orang tuanya bercerai. Dia itu anak satu-satunya. Jadi, sekarang dia hanya tinggal bertiga bersama Ibu dan neneknya di rumah sederhana yang juga sudah tinggal satu kamar itu akibat gempa kemaren.”
Ibu itu menjawab,”Ibunya masih ada. Ayahnya sudah tidak tinggal bersamanya karena kedua orang tuanya bercerai. Dia itu anak satu-satunya. Jadi, sekarang dia hanya tinggal bertiga bersama Ibu dan neneknya di rumah sederhana yang juga sudah tinggal satu kamar itu akibat gempa kemaren.”
Ya Allah…. Anak sekecil itu harus mendapatkan cobaan yang demikian??
Dia hidup dalam kekurangan materi, lalu apakan harus dia juga hidup kekurangan kasih sayang orang tuanya dan orang-orang sekitarnya??
Pernahkah terfikir oleh kita bahwa di sekitar kita masih banyak peri-peri kecil yang butuh kasih sayang kita??
Dia hidup dalam kekurangan materi, lalu apakan harus dia juga hidup kekurangan kasih sayang orang tuanya dan orang-orang sekitarnya??
Pernahkah terfikir oleh kita bahwa di sekitar kita masih banyak peri-peri kecil yang butuh kasih sayang kita??
Tuhan,,, Melihatnya aku takut…
Aku takut jika sekarang, esok, atau sampai saat nanti ia hidup tanpa tahu bagaimana rasa sayang hingga ia menjadi anak yang tidak pandai menyayangi.
Aku takut jika ia tumbuh menjadi anak yang selalu merasa rendah diri karena kekuranggannya dan karena tidak ada seorang pun yang menghargai serta mengacuhkannya.
Aku takut jika sekarang, esok, atau sampai saat nanti ia hidup tanpa tahu bagaimana rasa sayang hingga ia menjadi anak yang tidak pandai menyayangi.
Aku takut jika ia tumbuh menjadi anak yang selalu merasa rendah diri karena kekuranggannya dan karena tidak ada seorang pun yang menghargai serta mengacuhkannya.
Wahai engkau bocah kecilku… Adikku…
Andai aku punya istana yang di dalamnya hidup malaikat-malaikat penuh kasih sayang, maka engkau sekalian akan ku biarkan menikmatinya sepuas hatimu walau aku harus hidup di kejamnya panas mentari di luar sana.
Andai aku punya istana yang di dalamnya hidup malaikat-malaikat penuh kasih sayang, maka engkau sekalian akan ku biarkan menikmatinya sepuas hatimu walau aku harus hidup di kejamnya panas mentari di luar sana.
Tuhan… Bolehkan aku ini hidup untuk mereka??? Bolehkan aku tetap melihat senyum mereka..??
Ketakutan
dan kesedihanku adalah ketika mereka enggan berkumpul bersama
teman-teman sebaya yang mereka lihat jauh lebih mapan dari mereka.
Sungguh.. sungguh aku takut jika mereka menjauh dan merasa hina
dibanding orang-orang kaya itu sementara sebenarnya mereka lebih mulia
dari si kaya…
Oh
tuhan…. Jangan biarkan rasa hina mengerogoti jiwa mereka. Tetap
senangkan hatinya. Hati si kecilku yang kehilangan masa kecilnya bersama
kedua Ibu Bapaknya itu.
Adik-adikku.. anak-anakku…
Kelak, jika kalian melihatku datang, mendekatlah padaku… Jangan pernah takuti aku ya… Senyum dan melihat kalian tertawa adalah kebahagiaan terbesarku…
Kelak, jika kalian melihatku datang, mendekatlah padaku… Jangan pernah takuti aku ya… Senyum dan melihat kalian tertawa adalah kebahagiaan terbesarku…
Teman,
seoarng anak, meskipun bukan anak kandung kita, saudara kandung kita,
atau pun family dekat kita, mereka tetaplah anak kita. Meraka anaknya
semua orang muslimin…
Jangan pernah acuhkan mereka sekalipun ia terlihat tidak seperti layknya setiap orang berpenampilan. Mereka hanya butuh kepedulian kita.. Jikalau pun tidak mampu berbuat banyak, jangan pernah sakiti mereka dengan menunjukkan kebencian, cemoohan, atau pun rasa jijik terhadap mereka..
Jangan pernah acuhkan mereka sekalipun ia terlihat tidak seperti layknya setiap orang berpenampilan. Mereka hanya butuh kepedulian kita.. Jikalau pun tidak mampu berbuat banyak, jangan pernah sakiti mereka dengan menunjukkan kebencian, cemoohan, atau pun rasa jijik terhadap mereka..
Bayangkanlah teman,, Betapa pilunya hati mereka ketika melihat kita menjauhi mereka…
Astaghfirullah.. Astaghfirullahal”adziim…
Jangan sampai kita membuat hati mereka sedih kemudian membuat mereka terisak menangis pilu di hatinya…
Astaghfirullah.. Astaghfirullahal”adziim…
Jangan sampai kita membuat hati mereka sedih kemudian membuat mereka terisak menangis pilu di hatinya…
Allah
Arrahman dan Arrahim… Dan semoga sifatnya Allah tetap bermekaran di
hati kita, bukan malah luntur dikikis oleh sifat yang ditancapkan oleh
syaitan..
Teman,
maaf ya kalau kelihatannya seperti menggurui.. si “AKU” tdk bermaksud
apa-apa. Dia hanya mencoba menuangkan apa yang ia lihat, cerna, dan ia
rasa. Si “AKU” bukan orang yang baik, tp ia ingin menjadi baik. Dan ia
sadar bahwa butuh waktu yang lama untuk menjadikannya baik karena begitu
jauhnya dia dari kebaikan itu..
0 komentar:
Posting Komentar